Senin, 19 November 2012

Jiwa Entrepreneur

Jiwa merupakan bagian yang bukan jasmaniah dari seseorang. mencakup pikiran dan kepribadian, yang disinonimkan dengan ruh, akal, atau awak diri. Penggunaan istilah jiwa lebih sering berhubungan dengan keduniaan dibandingkan dengan ruh.
Kepribadian seseorang meliputi sikap mental dan fisik. Menurut Profesor Edwood Chapman, sikap mental adalah cara mengkomunikasikan atau mengekspresikan suasana hati atau watak kepada orang lain. Jika ekpresi kita kepada orang lain positif, maka kita disebut sebagai orang yang bersikap mental positif. Sebaliknya jika ekpresi kita kepada orang lain negatif, maka kita disebut sebagai orang yang bersikap mental negatif.

Sedangkan enrteprenuer adalah orang yang mampu menciptakan bisnis baru serta kreatif dan inovatif dengan mengambil risiko dan ketidak pastian untuk mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengindentifikasi peluang dan ancaman serta meng gabungkan dengan sumberdaya yang dimilikinya. Dengan demikian jiwa entrepreneur merupakan kunci untuk meraih kesuksesan dalam bisnis. Salah satu jiwa entrepreneur yang meonjol adalah sikap mental positif. Sikap mental positif mendorong kita untuk mencapai tujuan dengan gigih. Ketika kita jatuh terperosok, maka kita masih dapat mengatakan ”Ah ini cuma kesandung batu kecil. Tujuan kita belum tercapai” kata kita dalam hati. Maka kita bangkit kembali. Soichiro Honda tetap bersikap mental positif, ketika piston berbentuk cincin buatannya di tolak oleh Toyota dan ditertawakan para teknisi. Setelah bertahan dua tahun, dan memperbaiki kelemahan piston tersebut akhirnya Toyota menerimanya. Bahkan ketika pabriknya dibom dua kali dan dihancurkan oleh gempa bumi, ia tetap bersikap mental positif untuk meraih cita-citanya untuk tetap mempunyai pabrik.

Sikap mental positif mendorong kita untuk menjadi lebih kreatif. Setiap sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi, dengan sikap mental positif kita masih dapat menanggapi dengan mencari sesuatu dibalik itu secara kreatif. Ketika siswa Priamagama yang mendaftar hanya 2 orang, muncul kreatifitas berupa Strategi Jaminan Diterima. Demikian juga ketika AMIKOM, mahasiswa yang mendaftar hanya 8 orang, maka saya mencoba untuk menemukan sesuatu dibalik kesulitan tersebut. Selesai sholat dhuhur, tiba-tiba muncul kata di benak saya “Tempat Kuliah Orang Berdasi”. Spontan kata itu saya jadikan slogan AMIKOM. Banyak dari kawan-kawan saya mempertanyakan kata-kata tersebut. ”Mahasiswa inginnya kan bebas, kok disuruh pakai dasi” kata kawan-kawan saya. ”Dasi itu yang memakai salesman. Diganti saja slogan itu Pak Yanto” kata kawan saya yang lain. Saya tetap bersikokoh untuk mempertahankan slogan ini hingga sekarang. Saya berpendapat bahwa di Perguruan Tinggi kebanyakan, yang diasah sebagian pengetahuan dan ketrampilannya. Saya berpendapat justru sikap mentalnya lebih dahulu yang diasah. Setelah mahasiswa diberikan Pelatihan Super Unggul, mahasiswa diwajibkan memakai dasi untuk menjaga performanya. Dari pengamatan saya, mahasiswa yang serius memakai dasi ketika mahasiswa terbukti mereka lebih berhasil di dunia kerja dibanding mahasiswa yang memakai dasi hanya dengan setengah-setengah. Ternyata dasi mempengaruhi sikap mental mereka. Slogan Tempat Kuliah Orang Berdasi sekarang melekat dengan STMIK AMIKOM Yogyakarta. Sikap mental positif merupakan sikap mental yang harus dimiliki seorang pengusaha yang sukses dan senjata yang sangat ampuh untuk meraih kesuksesan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih